Monday 14 December 2009

Ingin Mengadu pada Siapa?

Ingin mengadu pada siapa?
aku meringkuk di ruang sempit tak berjendela
telah banyak air mata
aku tak bahagia

Ingin mengadu pada siapa?
lampung perih karena menahan ketidaksuka
pada orang dewasa yang memaksa

Ingin mengadu pada siapa?
karena tak bisa katakan kecewa
takut pada yang memasang muka
aku yang menjual cinta
demi sehelai rok yang tak berenda

Demi Siapa?

Demi siapa aku mengurai puisi?
semua yang tumpah dari segenap penjuru hati
terlena oleh ricuh tentang cinta

Aku tak menutup mata setiap bulan menjelang
aku ingin mengenang yang tiada
saat - saat cinta bicara
bukan hati atau logika
Aku lelah karenanya
hingga kurangkai kepingan hati
yang kau lempar ke jurang
lalu kususun rangkaian kesedihan

Puisi untuk Bunda

Oleh: Ristiya Heralita 2 PA 01

Aku merindukanmu setiap waktu
Setiap detik dalam kehidupanku
Semua kulakukan tanpamu

Bunda...
Di kala Sang Fajar membangunkan tidurku
Ku tak lagi melihat wajahmu
Bersinar memancarkan harapan baru
Saat ku membuka pintu
Ku tak lagi mendengar balas salammu
yang selalu terngiang di telingaku
Ku tak jua merasakan kehangatan tubuhmu seperti dulu

Bunda....
Aku di sini berjuang melawan sepi penjerat kalbu
Aku sendiri menahan malu
Aku mengemis kasih seperti cintamu
Aku terpukul tak bisa melihat tawamu
Aku menangis merindukan kehadiranmu

Bunda...
Hanya puisi ini kepersembahkan untukmu
Sebagai pengganti sayang yang tak pernah terucap dari bibirku
" AKU SAYANG KAMU "

" Selamat Ulang Tahun Bunda "
Do'a tulus kupanjatkan hanya untuk bidadari terindah dalam hidupku
Tunggu aku dibawah lentera itu
Dan peluklah tubuhku dengan air mata bahagiamu
Kan kubawakan giok di tengah salju...

Tuesday 8 December 2009

Aku dan Bocah

Masih saja
dalam gemuruh seniman
bertahan karena keinginan
seperti anak kecil
merengek meminta susu

Kau mau apa?
menariK bajuku yang kesempitan
aku tak punya uang
minta saja pada ayahmu yang berhutang
aku geram

Dalam sejam kau mendekatiku
memberikan sepotong roti bekasmu
ahhhhhh....

Masih adakah???

Takkan berhenti mengayunkan pena
sampai cinta terwujud nyata
sebab hanya bisa kutulis kisahnya
lewat curahan rasa yang mega

Masih adakah hati untukku?
yang terus berada di tengah bintang - bintang
biar tak ada lagi malam
tak perlu ada bulan
aku yang kecewa
selalu

Masih adakah hati untukku?
Setelah cinta kau suruh tidur
andai kau tahu
aku tak ingin terpejam sedikitpun
agar kulihat cinta yang tumbuh bermekaran
juga wajah yang rupawan